Mengenal Perilaku Flexing Alias Pamer Dalam Psikologis

Cap Kupu – Sejumlah kejadian flexing viral di media sosial beberapa waktu terakhir. Bagaimana aspek psikologis dalam fenomena flexing ini? Flexing merupakan istilah yang diberikan kepada orang yang suka menunjukkan sesuatu tentang dirinya alias pamer. Bagaimana aspek psikologis dalam fenomena flexing ini? Psikolog menjelaskan flexing menunjukkan kebutuhan terhadap eksistensi diri. Perkembangan dunia digital seperti media sosial membuat perilaku ini semakin sering dijumpai.

Perilaku flexing ini dapat muncul karena ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita pengaruh lingkungan, ketakutan akan penolakan, kebutuhan yang tinggi akan eksistensi diri, dan faktor kepribadian. Mengingat perkembangan zaman saat ini yang membuat orang-orang terbiasa ‘menunjukkan’ berbagai hal, membuat perilaku flexing tidak bisa sepenuhnya dikategorikan abnormal.

Namun, flexing dapat dikategorikan sebagai suatu masalah jika sudah mengganggu aktivitas, merugikan orang lain, atau membuat individu menampilkan citra diri yang sangat berbeda.

“Jika hal ini sudah menjadi satu kebutuhan yang mengganggu jika tidak terpenuhi, maka perlu ditelaah lebih lanjut.” Misal, apakah perilaku flexing ini justru membuat individu memaksakan keinginan di luar kemampuannya atau apakah perilaku flexing ini merugikan orang-orang di sekitarnya. Atau bahkan, apakah perilaku flexing ini membuat individu mencitrakan diri sangat berbeda dari ia yang sebenarnya,”. Seseorang patut waspada jika sudah mulai menunjukkan ciri-ciri flexing yang mengganggu.

Beberapa tanda flexing yang mengganggu, sebagai berikut:

  • Selalu memamerkan banyak hal, meskipun hal-hal yang tidak perlu dipamerkan
  • Memaksakan diri untuk menunjukkan apa yang dimiliki walau itu diluar kemampuan diri sendiri
  • Apa yang dipamerkan belum tentu benar-benar dimiliki
  • Merasa terganggu jika tidak membagi atau memberi tahu orang-orang terkait apa yang dimiliki

Tips mengendalikan diri agar tidak flexing, sebagai berikut:

  • Kelola ekspektasi

Pastikan bahwa ekspektasi yang dimiliki tidak melebihi realita dan kemampuan yang dimiliki, sehingga tidak memaksakan diri.

  • Kontrol diri

Kontrol diri untuk menunjukkan hal-hal yang dirasa perlu dan berguna. “Berpikir dahulu sebelum bertindak terkait dampak baik dan buruk dari perilaku flexing yang dilakukan.”

  • Ubah mindset atau pola pikir

Pahami diri dan lihat lebih jauh tentang kekuatan dan potensi yang dimiliki. Alih-alih berfokus pada perilaku pamer, coba cari tau hal yang dimiliki atau kekuatan diri. Selain itu, Indah menyarankan untuk menyadari bahwa memamerkan apa yang dimiliki belum tentu sepenuhnya menunjukkan bahwa kita hebat.

  • Memposisikan diri sebagai orang lain

Coba untuk memahami bagaimana tanggapan orang lain terkait apa yang kita lakukan. Coba pikirkan apakah orang lain akan terganggu atau tidak.

  • Fokus pada aktivitas positif

Ketimbang fokus pada memamerkan segala sesuatu, lebih baik fokus untuk menikmati setiap momen dari berbagai kegiatan yang dilakukan baik bersama diri sendiri, teman, pasangan, maupun keluarga.

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220124143117-277-750501/melihat-perilaku-flexing-alias-pamer-secara-psikologis/2