5 Efek Buruk dan Cara Mengatasi “Self-Diagnosis” pada Kesehatan

Cap Kupu – Di zaman canggih saat ini, akses informasi dengan mudah kita dapatkan melalui internet. Kita hanya perlu mengetikan kata kunci yang akan kita cari maka ribuan informasi tersaji. Nah, hal ini memang menguntungkan kita karena bisa dengan mudah mencari tahu apapun yang kita inginkan. Namun di sisi lain, akses informasi yang mudah ini juga bisa berdampak buruk. Seperti, ketika kita merasa sakit kepala atau tidak enak badan. Dengan mudahnya kita bisa mengetikan apa yang kita alami di internet. Dalam sekejap, google akan menampilkan berbagai jawabannya. Secara tak langsung, hal ini bisa membuat kita melakukan self-diagnosis.

Apa itu Self-Diagnosis?

Konselor dari Riliv, Prita Yulia Maharani memaparkan 5 dampak self-diagnosis terhadap kesehatan.

Menurutnya, self-diagnosis adalah tindakan mendiagnosis kondisi tubuh secara mandiri tanpa melakukan konsultasi lebih lanjut pada pakar.

“Banyak orang yang mencari tahu gejala kesehatan mental di internet, lalu percaya mentah-mentah bahwa mereka sedang mengalaminya. Padahal, apa yang ada di internet belum tentu sesuai dengan mereka,” kata Prita.

Di bawah ini beberapa lima dampak buruk “self-diagnosis”:

1. Bikin Panik

self-diagnosis terkait kesehatan mental memiliki bahaya yang tidak disadari seperti bisa membuat panik.

“Manusia memiliki naluri untuk cenderung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya. Itulah mengapa lebih mudah untuk mengasumsikan hal-hal buruk ketika melakukan self-diagnosis.”

Pada akhirnya, self-diagnosis hanya akan membuat pasien mengalami kepanikan yang tidak seharusnya terjadi. Jika pasien lebih memilih berkonsultasi ke psikolog, maka pasien tidak akan merasa panik.

“Sebab psikolog profesional bisa menjelaskan kondisi dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan,” kata Prita. 

2. Memperparah kondisi kesehatan 

Salah satu resiko dari melakukan self-diagnosis adalah memperparah kondisi kesehatan mental kita. Hal ini bisa terjadi karena kita terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang sedang dialami, atau bahkan mendapatkan pengobatan yang salah. Setiap masalah kesehatan mental memiliki penanganan tersendiri. Ada yang bisa diatasi dengan terapi, ada pula yang membutuhkan obat-obatan tertentu. Kelemahan dari self-diagnosis kita tidak benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mental yang dialami.

3. Membuat Gangguan Sebenarnya Terabaikan

Ketika seseorang melakukan self-diagnosis, gejala penyakit atau gangguan kesehatan mental yang ditemukan dan diyakini belum tentu benar atau sesuai dengan kondisi yang dialami.

“Bisa saja kamu yakin sedang mengalami anxiety disorder, tetapi sebenarnya kamu mengalami depresi mayor. Bisa jadi pula kebalikannya atau bahkan bukan keduanya.”

Saat melakukan self-diagnosis, seseorang jadi tidak tahu sebenarnya penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang dialami.

“Kamu hanya menduga-duga hal yang belum tentu kebenarannya. Hal ini merupakan masalah karena dengan begitu kamu jadi tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.”

4. Menyangkal masalah kesehatan mental yang sedang dialam

Biasanya, seseorang akan menyimpulkan hal terburuk saat melakukan self-diagnosis. Tetapi, ternyata hal kebalikannya juga berlaku. Tak jarang ada orang yang memilih untuk tidak percaya dengan gangguan kesehatan mental yang sedang dialami. Mereka umumnya merasa masalah kesehatan mental yang ia alami tidak terlalu parah. Ia berpikir, ah, bukan hal penting, kok. Masalah ini nggak terlalu parah. Padahal, denial tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab bisa jadi masalah kesehatan mental yang dimiliki membutuhkan penanganan segera agar tidak semakin parah.

5. Enggan Berkonsultasi dengan Pakar

Setelah mencari tentang masalah kesehatan di internet, seseorang jadi merasa tidak perlu lagi untuk berkonsultasi ke psikolog. Sebab, orang tersebut berpikir bahwa ia bisa tahu gejala yang dialami tanpa bantuan ahli.

“Jika terlalu sering dilakukan, self-diagnosis bisa memunculkan trust issue kepada psikolog dan psikiater. Hal ini dapat terjadi karena kamu sudah terlalu percaya diagnosis yang kamu dapat dari internet. Kamu jadi cenderung mempercayai internet, bukan para ahli.”

Padahal, berkonsultasi dengan ahli bisa membantu menemukan langkah selanjutnya. Mulai dari tingkat keparahan hingga konfirmasi terkait kondisi yang dialami.

Cara Mengatasi Masalah Self Diagnosis

1. Hindari mencari tahu penyakit melalui internet,

2. Hindari tes melalui daring, 

3. Jangan jadikan penderita gangguan lain sebagai rujukan, 

4. Jangan takut untuk memeriksakan diri.

 

Sumber:

https://health.kompas.com/read/2021/08/29/100000468/5-efek-buruk-self-diagnose-?page=all

https://www.liputan6.com/health/read/4649639/5-dampak-negatif-self-diagnose-pada-kesehatan-mental

https://www.beautynesia.id/wellness/mengenal-ciri-ciri-dan-cara-mengatasi-kebiasaan-self-diagnosis-yang-berbahaya-untuk-kesehatan-mental/b-241435